Prancis Balas Dendam! Mateta Jadi Pahlawan, Argentina Tersingkir. Sejak awal, laga antara Prancis dan Argentina sudah diprediksi akan berjalan panas. Namun, tak ada yang menyangka pertandingan akan berakhir dengan kekacauan seperti ini. Ketegangan yang telah membara sejak awal turnamen akhirnya memuncak dalam keributan massal di akhir laga. Pertandingan yang seharusnya menjadi pesta sepak bola, berubah menjadi ajang unjuk kekuatan.
Kemenangan Prancis terasa begitu manis hingga memicu reaksi berlebihan. Selebrasi gol Enzo Millot yang provokatif di depan bangku cadangan Argentina seolah menjadi percikan api yang menyulut amarah. MPOID
Keributan massal pun tak terhindarkan, menodai kemenangan yang seharusnya menjadi momen membanggakan. Insiden ini menunjukkan betapa tinggi tensi pertandingan dan betapa sulitnya mengendalikan emosi di lapangan.
“Argentina ingin mengakhiri pesta, tapi mereka membuat pesta menjadi lebih baik,” kata Jean-Philippe Mateta, yang mencetak gol melalui sundulan pertamanya. Mateta kembali bergabung dengan rekan satu timnya untuk merayakan kemenangan setelah pertarungan terhenti, kegembiraan mereka jelas diperkuat oleh reaksi Argentina.
Lagu kemenangan yang seharusnya menjadi momen membanggakan bagi para pemain Argentina dan penggemarnya, justru memicu perdebatan sengit dan perpecahan di tingkat internasional. Lirik yang dianggap merendahkan dan diskriminatif terhadap pemain Prancis keturunan Afrika telah membuka luka lama terkait isu ras dan identitas.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa sepak bola, sebagai olahraga yang menyatukan, juga bisa menjadi arena bagi polarisasi dan perpecahan. Dalam era globalisasi, di mana keberagaman seharusnya menjadi kekuatan, insiden ini justru menggarisbawahi betapa rapuhnya persatuan dan toleransi MPOID
Provokasi dan Balas Dendam
Ini adalah pertandingan yang sangat penting bagi kami karena kami merasa sangat terhina,” ujar Loïc Badé, bek tengah Sevilla. “Seluruh Prancis merasakan hal yang sama. Kemenangan ini adalah pembalasan yang sudah kami tunggu.” Emosi Badé memuncak saat pertandingan memasuki masa tambahan waktu. Tindakannya mendorong Beltrán dan kata-kata kasar yang terlontar menunjukkan betapa pentingnya pertandingan ini bagi dirinya dan timnya.
Kami hanya mengekspresikan kegembiraan kami,” ujar Badé dengan nada tenang. “Sayangnya, mereka merasa terganggu dengan selebrasi kami. Sepanjang pertandingan, kami menerima provokasi dari mereka. Mungkin mereka tidak sadar bahwa tindakan mereka juga bisa memicu reaksi.
Dalam suasana yang memanas, Millot yang akan absen di semifinal melawan Mesir, mengungkapkan bahwa atmosfer pertandingan penuh tekanan justru menjadi motivasi tambahan bagi tim. Dukungan penuh semangat dari para penggemar Prancis semakin menguatkan semangat juang para pemain.
Sejak awal pertandingan, suasana stadion sudah sangat meriah dengan sorakan keras dari pendukung tuan rumah. Bahkan, saat lagu kebangsaan Argentina berkumandang, sebagian penonton justru bersuit. Julián Álvarez dan Nicolás Otamendi, dua pemain yang baru saja bergabung dengan timnas, menjadi sasaran cemoohan penonton Prancis Balas Dendam
Keduanya tampak tak berdaya saat tendangan keras hasil kick-off yang dilancarkan Michael Olise membuahkan hasil instan. Dengan determinasi tinggi, Olise merebut bola dan memaksa lawan melakukan pelanggaran di sudut lapangan. Tendangan sudutnya yang akurat langsung disambut sundulan keras Mateta, mantan rekan setimnya di Crystal Palace, yang tak terbendung dan menembus gawang Gerónimo Rulli.
Mateta seorang pemain darah Kongo, seolah membuktikan bahwa semangat nasionalisme tidak mengenal etnis. Tindakannya mencetak gol seakan menjadi simbol persatuan Prancis. Koné, dengan energinya yang tak pernah habis, turut menyumbangkan semangatnya kepada Les Blues. Skor bertahan 1-0 untuk kemenangan Prancis hingga pluit di bunyikan. MPOID